Tidak sedikit yang mengklaim acara bernuansa
religi pada tanggal 2 Desember kemarin merupakan suatu bukti
persatuan.
Tidak sepenuhnya keliru pandangan tersebut.
Faktanya,
manusia bisa disatukan melalui banyak kesamaan. Melalui visi atau
tujuan yang sama. Hobby. Kebiasaan. Perasaan senasib. Profesi.
Kesempatan. Kebangsaan. Pengalaman. Agama.
Ada bermacam-macam hal
yang merekatkan manusia.
Menara Babel adalah salah satu
contohnya (lihat Kejadian 11). Dengan kekuatan kebersamaan yang
besar, mereka membangun menara. Dengan tujuan dan hasrat yang sama.
Mencari nama bagi diri mereka.
Juga kata mereka: “Marilah
kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang
puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita
jangan terserak ke seluruh bumi.”
~ Kejadian 11:4
Meski
demikian, Alkitab menunjukkan betapa rapuhnya persatuan mereka. Hanya
dengan mengubah bahasa mereka, Tuhan membuyarkan persatuan yang
semula tampak luar biasa itu. Sungguh, perbedaan antara manusia yang
tak mampu diatasi akan berujung pada perpecahan dan perceraian.
Persatuan yang diciptakan oleh ambisi salam diri manusia,
sejatinya sangatlah rentan. Setiap waktu, dalam apapun yang dinamai
oleh manusia sebagai persatuan, dapat muncul sifat mementingkan diri
manusia yang akan memicu perbedaan, yang seiring berjalannya waktu
akan bertumbuh menjadi konflik yang berbuah kekacauan dan perpecahan.
Saat manusia tak lagi “satu bahasa” maka tercerai berailah
mereka.
Persatuan sejati itu sesungguhnya amatlah langka. Apa
yang seringkali terlihat di depan orang sebenarnya hanyalah kesan
atau image dari persatuan. Bukan persatuan yang sebenarnya.
Kenyataan sebenarnya jarang seperti yang ditampakkan. Di balik
terlihat kompaknya orang berkumpul dalam tampilan dan busana yang
senada, tersimpan bara yang tak kunjung padam untuk mengejar
kepentingan-kepentingan sendiri atau golongannya. Di balik senyum dan
tangan-tangan yang berangkulan saat berfoto bersama terselip hati
yang hendak mencari jalan dan keuntungan sendiri.
Persatuan
yang diciptakan manusia dari sifat dirinya yang belum diubahkan rapuh
dan riskan untuk retak dan hancur. Semua karena pada akhirnya akan
tampak betapa orang memanfaatkan orang lain demi melayani kepentingan
dan tujuan pribadinya. Persatuan, perkumpulan, perhimpunan,
paguyuban, partai, apapun namanya, pada prakteknya kerap kali lebih
banyak dipakai sebagai ajang pemenuhan tujuan pribadi alihyalih
mengusahakan tujuan bersama yang lebih besar.
Hanya
manusia-manusia yang telah diubahkan (oleh karya Tuhan dalam
hidupnya) yang mampu bersatu dalam persatuan sejati. Yang
mengusahakan kepentingan orang lain, bekerja sama meraih tujuan
bersama, bersukacita dalam kesehatian dan kebahagiaan yang tulus
murni di dalam Tuhan.
Itu pernah diperagakan di muka bumi.
Dan akan dinyatakan kembali sebelum kedatangan Yesus Kristus kedua
kalinya. Persatuan seperti yang ditunjukkan oleh gereja mula-mula
sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para Rasul.
Persatuan
gereja mula-mula itu sejati karena dibangun oleh ciptaan-ciptaan
baru, manusia-manusia yang telah diubahkan menjadi baru seluruhnya.
Melalui kelahiran baru, mereka menjadi pribadi-pribadi yang penuh
kasih, tidak egois, tidak mencari keuntungan diri, yang rela
berkorban karena kasih bagi saudara-saudaranya ketimbang mengorbankan
saudara-saudaranya, yang mencari kemuliaan Tuhan dan bukan peninggian
diri.
Hanya manusia baru yang mampu bersatu dalam persatuan
sejati. Persis seperti yang rasul Paulus katakan sebagai kunci dari
setiap persatuan sejati:
Jadi karena dalam Kristus ada
nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada
kasih mesra dan belas kasihan,
karena itu
sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati
sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
dengan
tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan
rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri;
dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
~
Filipi 2:1-5
Sehati, sepikir, satu jiwa, satu tujuan hanya
mungkin karena dua hal : adanya KASIH dan KERENDAHAN HATI. Yang bukan
sekedar ekspresi-ekspresi yang umum yang ditemui di antara manusia.
Namun yang serupa dengan PIKIRAN dan PERASAAN Kristus sendiri!
Mustahil karakter yang demikian dicapai dengan usaha manusia.
Hanya oleh Roh-Nya yang bekerja dalam kita, yang juga bekerja di
antara kita yang akan menyatukan masing-masing pribadi dengan seluruh
umat-Nya, gereja-Nya. Dalam persatuan yang sejati yang berasal dari
pekerjaan Roh Tuhan, yang akan menjadi kekuatan paling dahsyat di
muka bumi, maka tujuan-tujuan ilahi akan diwujudkan dan digenapi
sebelum kesudahan segala zaman.
Jika Tuhan sendiri berkata
(dalam Kejadian 11:6) bahwa melalui persatuan tidak ada yang tidak
akan dapat dicapai manusia (yang berarti banyak hal yang dapat
dicapai manusia melalui persatuan) maka BETAPA LUAR BIASA YANG DAPAT
DICAPAI OLEH MANUSIA-MANUSIA YANG BERSATU DEMI TUJUAN-TUJUAN YANG
DIKEHENDAKI DAN DIRINDUKAN TUHAN!
PASTI SETIAP RENCANA DAN
TUJUAN TUHAN AKAN TERLAKSANA melalui gereja-Nya, yaitu orang-orang
yang telah disatukan oleh kasih-Nya dan hidup dalam kerendahan hati
seperti diri-Nya.
Jangan lagi silau dan kagum dengan
persatuan manusiawi yang semu. Usahakan dan kejarlah persatuan
sejati.
Dengan berjalan dalam kasih dan terus merendahkan diri
menjadi hamba-hamba sejati Tuhan.
Semoga bagi kita diberikan
kesempatan untuk setidaknya mengecap persatuan sejati yang manis itu!
Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di
Ladang Tuhan