Arsip Kategori: KUTIPAN DAN HIKMAT

HARUS MENGHAKIMI

Oleh : Peter B, MA
Ayat hari ini :
2 Tesalonika 3:6, 14 (TB)
6 Tetapi kami berpesan kepadamu,
saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri
dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran
yang telah kamu terima dari kami.
14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan
apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan
dia, supaya ia menjadi malu
,
Anda tidak sedang salah membaca. Itu surat
Paulus kepada jemaat. Jemaat Tesalonika tepatnya. Di bagian akhir pasal
tersebut bahkan Paulus menegaskan bahwa itu benar² surat darinya. Salam
terakhir itu ditulis dan ditandatangani dengan tangannya sendiri. Tidak mungkin
itu bukan Paulus.
Dan Paulus menuliskan hal itu. Ia menuliskan
tentang hal menjauhi orang² tertentu dalam jemaat. Mengucilkan mereka. Tidak
bergaul dengan mereka. Tidak berkawan dekat dengan mereka.
Dengan kata lain, tidak semua orang pada
akhirnya diterima oleh jemaat mula² waktu itu. Ketika Rasul² menggembalakan dan
mengawasi gereja² Tuhan di berbagai kota, gereja terbuka dengan orang² percaya
baru. Tetapi dalam perkembangan dan perjalanan gereja tersebut, ada orang² yang
kemudian harus diwaspadai dan ditandai. Ketika ada ciri² dan tanda² tertentu
yang ditunjukkan oleh orang² itu, jemaat harus waspada. Orang² itu tidak boleh
terus menerus berada di tengah² kumpulan jemaat. Mereka harus
“diasingkan” dari persekutuan anak² Tuhan sejati, murid² Kristus yang
sebenarnya.
Siapakah mereka itu?
Paulus menyebutnya sebagai “orang² yang
tidak melakukan pekerjaannya, yang tidak menurut ajaran yang Paulus ajarkan
kepada jemaat”
 (ayat 6). Mereka juga dinilai Paulus sebagai “orang
yang tidak tertib hidupnya, yang tidak bekerja, yang sibuk dengan hal² tidak
berguna
 (ayat 11) . Hal serupa diulangi lagi dalam ayat 14 dalam istilah :
“orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan”
Siapa sebenarnya mereka ini? Panjang
penjelasannya. Saya tidak akan merincinya hari ini karena bukan ini yang akan
saya soroti. Tetapi mereka adalah orang² yang DIANGGAP PURA² MENJADI MURID
TUHAN. YANG SENANG BERADA DI KUMPULAN JEMAAT TAPI TIDAK MELAKUKAN BAGIANNYA
SEBAGAI MURID KRISTUS. Mereka adalah murid² palsu. Mereka mendengar pengajaran
dan firman tetapi tidak melakukannya. Tidak taat dan tidak mau mengerjakan
bagiannya sebagaimana diajarkan dan diteladankan rasul² sebagai hamba² Tuhan
yang diutus membimbing mereka. Merekalah yang kemungkinan hari ini disebut
sebagai orang² Kristen agamawi. Yang senang mendengar dan menikmati hal² rohani
dalam bentuk² formal tetapi sama sekali tidak berniat mengubah karakter dan
sifatnya. Ia hanya suka mendengar pengajaran tetapi tidak suka menerapkannya.
Mereka aktif dalam berbagai kegiatan rohani namun hidup mereka tidak mencerminkan
kehidupan murid² yang mengamalkan ajaran Kristus.
Terhadap orang² seperti ini jemaat harus
waspada dan menangani mereka secepatnya. Mereka bisa menjadi ragi yang
mengkhamiri/mempengaruhi seluruh adonan. Jemaat akan dilemahkan jika tidak
segera mengantisipasi dan mengatasi orang² semacam ini.
Yang saya hendak sampaikan…
Untuk mengenal dan menandai orang² yang
demikian di tengah² jemaat, maka seluruh jemaat, baik pemimpin maupun anggota
HARUS MENILAI mereka semua. Itu artinya mereka harus MENGHAKIMI orang²
ini.
  Yang dimaksud bukan menghakimi
yang dilarang dan merupakan perbuatan dosa (sebagaimana dimaksud Yesus dalam
Matius 7:1-5 Tetapi menghakimi yang dimaksud adalah menghakimi dengan adil
seperti yang Yesus sampaikan dalam Yohanes 7:24.
Mustahil menilai kondisi pribadi demi pribadi
jemaat dan menentukan apakah ia murid Kristus sejati atau bukan, jika jemaat
tidak diajar menghakimi secara adil dan benar.
Di sinilah banyak orang salah sangka. Mereka
seperti orang yang mengerti firman tetapi belum tentu demikian. Banyak yang
menggunakan istilah dan menasihati orang lain supaya “jangan
menghakimi” tanpa mengerti benar bahwa menghakimi, dalam sudut pandang
dan tujuan tertentu sangat diperlukan. 
Dan mengapa juga orang² yang suka
berkata “jangan menghakimi” itu tidak menyatakan Yesus bersalah
karena menghakimi orang² Farisi dan ahli² taurat yang merupakan orang² di masa
itu disebut sebagai pemimpin² rohani dan hamba² Tuhan?
Tidakkah Yesus sedang menghakimi mereka bahkan
DENGAN SANGAT KERAS ketika Ia menyebut tokoh² agama itu sebagai “orang
munafik”, “pemimpin² buta”, “keturunan ular beludak”
atau bahkan “orang² neraka”?
Pikirkan dan renungkan semua ini. Hendaknya
kita mengerti firman Tuhan. Bukan hanya menyangka diri kita mengerti firman
lalu dengan enteng mengutip² ayat yang ditujukan kepada seseorang. Tindakan
semacam itu saja sebenarnya sudah merupakan sikap menghakimi. Merasa diri benar
dan orang lain salah tanpa bukti dan fakta yang benar, lalu menuding orang lain
suka menghakimi sudah merupakan sikap menghakimi.
Sesungguhnya banyak yang suka berkata
“jangan menghakimi” bisa jadi dirinya sendirilah yang telah sering
bersikap menghakimi orang lain dengan tuduhan “suka menghakimi”!
Kita harus benar² memahami apa dan bagaimana
sikap menghakimi itu, baru kita bisa menilai dan menentukan apakah seseorang
menghakimi secara serampangan (dan berdosa) atau menghakimi dengan adil (untuk
menunjukkan dan menegur suatu dosa 
supaya pertobatan terjadi).
Sebelum kita gemar menggemakan pesan
“jangan menghakimi” kita perlu menghakimi diri kita dan mencari tahu
apakah kita sudah benar² memahami apa yang dimaksud Tuhan sebagai perintah
untuk tidak menghakimi itu. Sebab jika tidak demikian, mungkin kita sendiri
telah terjerembab dan tanpa sadar menjadi pribadi yang suka menghakimi daripada
orang yang kita sangka sebagai orang yang sering menghakimi.
Kiranya Hikmat Tuhan menjadi bagian kita dan
menolong kita mengenal jalan² Tuhan.
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua…

Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung
dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 
082299968682 atau 081803895744 atau
08980858661
Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah
ini:
https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2017/06/belajar-bersama-bertumbuh-bersama-di.html

SIKAP IBADAH YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (Bagian 3)

Oleh : Peter B, MA
Ayat hari ini :
Lukas 18:9-14 (TB)
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap
dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan
perumpamaan ini:
10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah
untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam
hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini;
12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke
rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan.”
3) TUHAN MENCARI HATI YANG HANCUR DI
HADAPAN-NYA SAAT KITA DATANG DI HADAPAN-NYA
Penyembahan, pertama² ditemukan dalam suatu
sikap hati. Orang yang menyembah, merendahkan dirinya serendah²nya demi dapat
meninggikan yang disembahnya setinggi²nya. Seperti seekor anjing (demikian
penyembahan digambarkan dalam kata “proskuneo” di Perjanjian Baru)
yang menampilkan dirinya seperti makhluk yang tampak rendah di hadapan tuannya,
demikian penyembahan sejati dalam praktek nyatanya.
Pengakuan kita akan kemuliaan dan kedahsyatan
Tuhan menyentuh hati Tuhan. Suatu pertanda betapa kita bergantung pada Dia dan
tak berdaya jika jauh dari-Nya. Itulah sikap hati sang pemungut cukai dalam
perumpamaan Yesus di atas. Dalam perenungan akan keberadaan dirinya
dibandingkan dengan kekudusan dan kemuliaan Tuhan, ia merasa tidak layak
menghampiri Tuhan. Tapi itu tidak mencegahnya untuk datang. Ia datang merendah
begitu rupa untuk mengharap kasih karunia dari Sang Raja. Dan karena itulah
Tuhan berkenan!
Sungguh, Ia tidak akan mampu menolak orang²
yang datang dengan membawa korban berupa hati yang hancur. Hati yang
merindukan-Nya. Yang menantikan-Nya. Yang berharap pada kemurahan-Nya.
Mazmur 34:19 (TB)
TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah
hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Mazmur 51:19 (TB)
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa
yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Yesaya 57:15 (TB)
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan
Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya:
“Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga
bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang
yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.
Yesaya 66:2 (TB)
Tetapi kepada orang inilah Aku memandang:
kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada
firman-Ku.
Inilah yang Tuhan cari saat kita beribadah dan
menghadap-Nya. Suatu sikap hati yang merendah dan senantiasa meninggikan Dia di
atas segalanya.
Saat kita datang dengan hati yang memuji diri
atau sekedar biasa² saja demi sekedar menunaikan kewajiban agama, maka
sesungguhnya sikap penyembahan tidak ada pada kita. Dia tidak berkenan akan
semuanya itu.
Hati yang remuk dan merendah merupakan awal
yang penting untuk langkah dan perjalanan kita selanjutnya bersama Tuhan. Ini
yang digambarkan dalam sikap domba gembalaan yang mengenal suara gembalanya,
yang selalu taat mengikuti kemanapun gembalanya menuntunnya. Yang juga adalah
dari sikap dari seorang murid yang mau diajar dan diarahkan oleh Sang Guru.
Sikap hati semacam itu akan berbuahkan
ketaatan yang benar, yang sejati. Taat bukan karena maksud lain tetapi karena
tulus mengasihi dan rindu menyenangkan hati Tuhan saja. Inilah sikap hati yang
Tuhan inginkan. Inilah kerohanian sejati.
Sudahkah Anda memiliki dan mengembangkan sikap
hati demikian?
Akankah Ia dapati saat Ia menilik hatibkita
hari ini?
Salam revival.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.


Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung
dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 
082299968682 atau 081803895744 atau
08980858661
Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah
ini:

https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2017/06/belajar-bersama-bertumbuh-bersama-di.html

SIKAP IBADAH YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (Bagian 2)

Oleh : Peter B, MA
Ayat hari ini :
Lukas 18:9-14 (TB)
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap
dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,
 Yesus mengatakan
perumpamaan ini:
10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah
untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam
hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini;
12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke
rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan.”
2) TUHAN TIDAK SUKA ORANG YANG HATINYA SUKA
MEMBENARKAN DAN MEMUJI DIRI
Perumpamaan yang Yesus sampaikan di atas
dimaksudkan untuk menyindir atau menegur mereka yang suka memandang dirinya
sudah benar lalu menganggap orang lain kurang daripadanya, khususnya dalam hal
kesalehan di hadapan Tuhan.
Orang yang suka memuji diri dan menganggap
dirinya sudah benar di hadapan Tuhan digambarkan dalam perumpamaan sebagai
orang Farisi, sebagai orang yang mengukur dirinya terlampau tinggi daripada
seharusnya, sebagai orang yang menilai orang lain kurang dari padanya dan
sebagai orang yang suka membangga-banggakan perbuatan² ibadahnya.
Dalam ibadahnya yang tampak seperti menyembah
Tuhan, malah dia memuji dan membesarkan dirinya sendiri.
Sungguh aneh mengamati ini semua. Tapi itulah
kenyataannya.
Sikap semacam ini sangat dihinakan oleh Tuhan.
Siapakah manusia sehingga bisa menganggap dirinya sudah baik di hadapan Yang
Mahakudus? Yang merasa bisa menipu dan mengelabui Yang Mahatahu? Yang bisa
berdiri tegak dan bermegah di hadirat Yang Mahahadir? Dan yang merasa telah
berbuat banyak hal hebat di hadapan Yang Mahakuasa?
Sikap hati seperti ini umum didapati di antara
orang² agamawi. Yang suka dan rajin beribadah secara formal tapi lalai menjaga
hatinya. Dari luar saja dia tampak menghormati Tuhan tetapi dia sebenarnya tak
tahu menahu sama sekali akan Tuhan, yang diakui sedang disembahnya itu.
Orang yang mengenal Tuhan (dan dirinya) tidak
akan bersikap demikian. Saat ia menghadap Tuhan, ia akan menyembah dengan penuh
rasa takut akan Dia, oleh karena gentar akan keberadaan-Nya, hormat akan
pribadi-Nya, kagum akan sifat-Nya. Itulah penyembahan sejati yang merupakan
kebalikan dari penyembahan agamawi.
Berbicara mengenai perbuatan² baik maupun
praktek² ibadah yang kita lakukan, haruslah kita sadari bahwa Tuhan menghendaki
itu tumbuh dan muncul dari hati yang tulus mengasihi Tuhan maupun sesama. Bukan
demi memberi makan atau membesarkan ego kita atau demi mempunyai posisi tawar
di hadapan Tuhan. Ia tidak suka dengan pameran kesalehan atau perbuatan baik
yang dimaksudkan untuk meninggikan diri di hadapan orang maupun Tuhan. Ia
mencari kerendahan hati dan ketulusan dalam menjalin hubungan dengan Dia
sehingga Ia dapat mengubah kita (melalui pergaulan karib dengan Dia) untuk
menjadi semakin serupa dengan gambar-Nya, menjadi pribadi² yang dirindukan-Nya.
Ini sangat jelas dinyatakan dalam banyak
bagian dalam Alkitab :
 
sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani
orang yang rendah hati.”
1 Petrus 5:5 (TB)
Karena Allah merendahkan orang yang angkuh
tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!
Ayub 22:29 (TB)
“Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”
Yakobus 4:6 (TB)
Oleh karena kita mengakui kedaulatan,
pemerintahan, kekuasaan dan kasih-Nya itulah kita kemudian merendahkan diri
untuk mengiringnya dalam iman, kasih dan pengharapan yang akhirnya berbuahkan
ketaatan sejati. Bukan yang tampaknya seperti orang yang taat tapi memiliki
maksud² tersembunyi yang mementingkan dan meninggikan diri melalui tampilan
kepatuhan kita itu. Sekali lagi, Tuhan mencari orang² yang tulus mengasihi-Nya,
yang sejak dari dalam hatinya, mereka sungguh² ingin menyukakan hati-Nya.
Hati yang tulus mengasihi, kita peroleh ketika
kita membuka hati pada Tuhan untuk diubahkan dan dilahirkan baru dalam Kristus
Yesus. Di sana kita diberikan sifat dan kemampuan yang baru untuk mengasihi
dalam tingkatan yang baru, yang berbeda dari kasih manusiawi yang egois dan
mencari pemenuhan kepentingan diri bahkan ketika tampaknya sedang berbuat baik
pada orang lain atau ketika beribadah di hadapan Tuhan.
Hari ini, periksalah diri Anda. Dengan
sejujur²nya di hadapan Tuhan. Akuilah apa adanya apa yang Anda dapati dari
pemeriksaan itu.
Adakah hati Anda sepertinya tenang karena
merasa telah banyak beribadah dan berbuat baik? Atau Anda merasa diri Anda
masih banyak kekurangan dibandingkan kemuliaan dan kekudusan Tuhan sehingga
Anda menyembah dengan roh yang takut dan gentar di hadapan-Nya?
Ketahuilah satu perkara ini setiap kali Anda
datang di hadapan Tuhan : penyembahan Anda haruslah semuanya tentang Dia, bukan
tentang diri Anda atau perbuatan² Anda. Demikianlah selalu hendaknya sikap kita
ketika beribadah kepada-Nya.
(Bersambung ke bagian 3 besok)

SIKAP IBADAH YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN (Bagian 1)

Oleh : Peter B, MA


Ayat hari ini :
Lukas 18:9-14 (TB)
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap
dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan
perumpamaan ini:
10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah
untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam
hatinya
 begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama
seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan
bukan juga seperti pemungut cukai ini;
12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke
rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan.”
Perumpamaan Yesus di atas merupakan salah satu
perumpamaan yang paling menohok pendengarnya pada waktu itu. Bangsa Yahudi yang
membanggakan kehidupan beragama mereka dan mengangkat orang² yang pandai dan dipandang
paling terkemuka dalam agama sebagai pemimpin mereka harus mendengarkan
perkataan Yesus yang membalikkan semua perkiraan² mereka.
Menurut orang banyak, sudah pasti orang Farisi
punya posisi istimewa di mata Tuhan, termasuk orang yang dianggap dekat dengan
Tuhan dan Tuhan pasti berkenan kepadanya. Sama seperti kebiasaan bangsa² yang
mengutamakan agama memandang para pemimpin agamanya pun seperti demikian.
Namun, Yesus menegaskan sebaliknya. Yesus, tanpa keraguan menyatakan bahwa yang
dipandang benar dan berkenan di hadapan Tuhan BUKAN ORANG FARISI itu. Pemungut
cukai yang datang dengan hancur hati dan merasa penuh dosa, yang minta belas
kasihan Tuhanlah yang diperkenan Tuhan.
Dari sini kita dapat melihat beberapa
kebenaran penting akan jalan² Tuhan :
1) BETAPA PENTINGNYA SIKAP HATI SESEORANG DI
HADAPAN TUHAN!
Di hadapan Tuhan, penampilan luar kita tidak
terlalu berpengaruh. Dia tidak mengamati yang di luar jika mata-Nya dapat
menembus hingga relung terdalam jiwa manusia.
Jelas sekali dalam nats, orang Farisi itu
BERDOA DALAM HATINYA. Dia tidak berseru² dengan suara keras membanggakan
kesalehannya. Ia hanya memuji diri DI DALAM HATINYA. Tapi Tuhan tahu dan
menilai semuanya. Dia mendapati sesuatu yang tidak menyenangkan Dia di sana.
Tuhan menyelidiki sikap hati kita dalam
berbagai momen kehidupan. Baik dalam urusan² sehari² atau ketika menghadapi
masalah. Dalam berinteraksi dengan sesama terlebih lagi sewaktu kita datang
secara fisik dalam rangka ibadah di pertemuan-pertemuan umum yang dihadiri oleh
orang banyak. Saat-saat itu termasuk paling menentukan karena Tuhan menguji
kesejatian sikap hati kita kepada-Nya.
Selagi semua orang di sekitar kita melihat
kita sedang beribadah : berdoa, memuji Tuhan, mengucapkan ‘Amen’, mengangkat
atau menumpangkan tangan dan sebagainya -apakah TUHAN juga melihat suatu sikap
hormat, kagum, dan memuliakan Dia di hati kita? Atau itu semua hanya tampilan
luar belaka yang terlihat seperti menyembah Tuhan namun di hati sebenarnya
meninggikan dan membanggakan diri sendiri?
Ketika manusia pertama² melihat apa yang di
depan mata, Tuhan pertama² melihat hati. Mengapa? Sebab yang kasat mata kerap
kali bisa menipu dan mengelabui. Dengan cara² pencitraan dan tampilan² tertentu
dapat menyamarkan apa yang sesungguhnya di hati. Tetapi Tuhan yang sanggup
melihat hati, tidak dapat dibohongi. Jika hati kita benar, cepat atau lambat
perbuatan kita pun akan benar. Tapi belum tentu perbuatan yang tampak benar
berasal dari hati yang benar.
Itulah sebabnya kita mendapatkan perintah hikmat
yang menyiratkan suatu peringatan bagi kita :
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
karena dari situlah terpancar kehidupan.
Amsal 4:23 (TB)
Hati kita adalah apa yang Tuhan lihat dan
nilai. Itu pula yang harus kita perhatikan, jaga dan rawat jika kita rindu
berkenan di hadapan Tuhan.
(Bersambung bagian 2 besok)

APAKAH KITA MENANGKAP KERINDUAN HATI TUHAN BAGI KITA?

Oleh : Peter B, MA
Ayat hari ini :
Mazmur 81:11-15, 17 (TB)
Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau
keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya
penuh.
Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku,
dan Israel tidak suka kepada-Ku.
Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan
hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!
Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku!
Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan!
Seketika itu juga musuh mereka Aku
tundukkan
, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku.
… umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang
terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.”
Melalui nats² di atas, terasa benar jeritan
hati Tuhan.
Maksud hati-Nya serta rancangan pikiran-Nya
ialah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Ia ingin mengenyangkan mereka,
membuat mereka puas dan tak kekurangan apapun dalam hidup karena menerima yang
terbaik dari yang Tuhan sediakan.
Tuhan rindu memberkati kita dan melimpahi kita
dengan segala kebaikan-Nya. Ia ingin membuat hidup kita tak kekurangan suatu
apapun. Bukankah Ia gembala yang baik, yang sanggup memelihara domba²Nya dengan
sempurna?
Kerinduan Tuhan ini ditangkap oleh ajaran
theologia kemakmuran dan dibesar²kan dalam porsi yang tidak semestinya. Mereka
fokus meyakini bahwa karena Tuhan ingin membuat kita kenyang maka sudah
seharusnya kita pun membuka mulut lebar² (yang sering digambarkan dengan iman beserta
segala perkataan dan deklarasinya) untuk menerima berkat Tuhan yang limpah itu.
Mereka menekankan percaya, percaya dan percaya. Klaim, klaim dan klaim.
Perkatakan, perkatakan, dan perkatakan. Minta, minta dan minta.
Dengan cara² itu mereka membuka mulut lebar²
menerima kelimpahan berkat Tuhan…
Sayangnya, itu tidak sepenuhnya tepat.
Nats Mazmur di atas menunjukkan pada kita
bahwa Israel tidak menerima kelimpahan janji Tuhan bukan karena mereka tidak
mengklaim berkat Tuhan itu. Mereka tidak membuka mulut mereka supaya Tuhan isi
penuh DENGAN CARA TIDAK MENDENGARKAN SUARA TUHAN. MEREKA BERSIKAP DEGIL (KERAS
HATI) DAN LEBIH MENGIKUTI PIKIRAN MEREKA SENDIRI (YANG DIANGGAP BENAR MENURUT
PANDANGAN MEREKA – lihat terjemahan NET Bible)
Jadi, ketaatan lah yang membuka pintu² berkat
Tuhan. Bukan sekedar tampak rohani, banyak doa dan deklarasi atau aktif
beribadah di hadapan Tuhan.
Yang Tuhan cari ialah telinga yang dengar²an
akan kemauan-Nya, hati yang tertuju untuk melakukan kehendak-Nya!
Itu sebabnya dalam ayat 14, dua kali banyaknya
Tuhan berseru, “Sekiranya mereka mendengarkan Aku!
Sekiranya mereka hidup taat pada
petunjuk-Ku!”
Itu sama dengan perkataan, “Ah seandainya
saja…. “
Tuhan SANGAT MENYAYANGKAN sikap tidak taat dan
tidak peduli akan petunjuk-Nya itu. JIKA SAJA mereka mau taat, IA AKAN MEMBUAT
TEROBOSAN ROHANI YANG BESAR:  musuh²
mereka akan seketika ditundukkan!
Tapi
karena mereka memilih tidak taat, mereka memersulit hidup mereka sendiri.
BETAPA BESAR KERUGIAN yang harus mereka tanggung!
Ya, Tuhan menanti dan sangat rindu kita hidup
mengikuti perintah dan petunjuk-Nya, di dalam kehendak-Nya. Melalui hidup yang
demikianlah IA TIDAK AKAN MENAHAN² BERKAT²-NYA. Ia PASTI akan menggenapi
janji-Nya memuaskan dan mengenyangkan kita dengan yang terbaik sepanjang hidup
kita.
Tuhan tidak bisa dimanipulasi atau diakali.
Dia tahu hati kita yang sesungguh²nya. Dan perjanjian-Nya berlaku bagi mereka
yang berkomitmen untuk hidup taat pada Dia. Dia akan menolong mereka yang
bergantung dan mengandalkan Dia sepenuhnya. Tapi yang mengikut Tuhan dengan
cara mereka sendiri walaupun mereka disebut umat-Nya tetapi mengikuti rencana
dan pikiran mereka sendiri, tidak akan memperoleh berkat yang Tuhan janjikan
itu.
Hari ini, belajarlah untuk DENGAR²AN dan TAAT.
Wujudkanlah iman Anda dalam bentuk KEPEDULIAN dan KETAATAN akan kehendak-Nya.
Itulah isi hati Tuhan yang rindu dan siap
memberkati setiap anak-anak-Nya dengan berkat² terbaik ASALKAN MEREKA PERCAYA
DAN TAAT KEPADA-NYA.
Saat Dia melihat umat-Nya di Indonesia,
melihat kita semua, adakah Ia menemukan umat yang mengecewakan-Nya atau yang
mengerti dan menangkap isi hati-Nya??
Salam revival.
Tuhan memberkati kita semua…


Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung
dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 
082299968682 atau 081803895744 atau
08980858661
Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah
ini:

https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2017/06/belajar-bersama-bertumbuh-bersama-di.html